Hati atau Kualitas?

“Kualitas bahan makanan itu memang penting, tapi lebih penting hati yang membuatnya”. Aku sering banget baca kalimat begini di komik-komik Jepang yang aku baca. Misalnya Hopper Kitchen Yummy! Di sini Yummy (tokoh utama) cuma bisa masak pake bahan biasa, bersaing dengan temennya yang pakai bahan berkualitas tinggi ataupun masakan Hotel dan restoran untuk memenangkan hati Tsuyoshi. Dan yang menang Yummy, karena biarpun dia masak dengan bahan biasa, tapi kasih sayang saat membuatnya untuk Tsuyoshi, memikirkan apa yang diinginkan Tsuyoshi membuat Tsuyoshi lebih senang dengan masakan Yummy.

Atau di komik lainnya, konon waktu kecil ayahnya adalah seorang pattisier, dan anak laki-lakinya sering ikut membantunya membuat kue. Kue favorit mereka dulu adalah kue panda. Setelah ayahnya jatuh sakit, ia punya permintaan untuk makan kue panda lagi. Si anak mencari pattisier untuk membuat kue panda lagi. Sudah banyak pattisier yang datang padanya tapi tak ada yang mampu membuatnya tersenyum. Anaknya kemudian membuat sendiri dengan usahanya. Tentu saja hasilnya jelek dan jauh dari bentuk panda. Tapi ayahnya mau memakannya dan tersenyum puas.

Masih banyak contoh-contoh lainnya yang tentu akan panjang sekali kalau mau diceritakan.

Kayaknya indah banget ya!

Iya dong, kebayang nggak sih masakan dari orang yang kita sayangi tentu akan lebih kita hargai dan lebih terasa enak masakannya ketimbang masakan chef di hotel atau restoran. Ya, karena di situ ada hati kita yang ingin orang yang memakan masakan kita tersenyum, mengucapkan alhamdulillah, dan memakan habis masakan yang kita buat. Ah, rasanya kalau sudah begitu, kita jadi ingin terus memasak lagi dan lagi yang lebih baik dari sebelumnya.

Tinggalkan komentar